Presiden Prabowo Subianto menyoroti akar historis kedekatan Indonesia dan China dalam rangkaian kunjungan resmi Perdana Menteri (PM) China Li Qiang di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu.
Kunjungan PM Li ke Jakarta pada tahun ini bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan China, serta 70 tahun peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1955.
“Ini suatu kunjungan yang sangat penting menurut kami karena kunjungan Yang Mulia menegaskan persahabatan yang baik, yan
g erat, antara Republik Rakyat Tiongkok (China) dan Republik Indonesia, juga lebih penting antara rakyat Tiongkok dengan rakyat Indonesia,” kata Presiden Prabowo kepada PM Li.
Presiden melanjutkan, kedua negara memiliki sejarah panjang yang terjalin sejak Indonesia dan China masih berbentuk kerajaan. Kemudian dua negara pun saat ini merupakan mitra strategis yang memiliki hubungan kerja sama komprehensif.
Presiden pun memastikan untuk terus mempererat hubungan Indonesia-China, karena Presiden yakin dampaknya tidak hanya positif untuk kepentingan dua negara, tetapi juga untuk stabilitas dan kemakmuran kawasan.
“Saya tegaskan kembali komitmen kami untuk memperkuat kemitraan ini dengan Republik Rakyat Tiongkok dan dengan bangsa Tiongkok. Kami memandang hubungan ini akan membawa kebaikan, tidak hanya kepada kedua negara kita, tapi kepada seluruh kawasan Asia dan bahkan mungkin juga dunia,” kata Presiden Prabowo.
Indonesia dan China membuka hubungan diplomatik pada 13 April 1950. Dalam periode awal hubungan diplomatik Indonesia-China, dua negara menjalin hubungan yang erat, termasuk saat Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung.
Dalam penyelenggaraan KAA, Perdana Menteri China saat itu, Zhou Enlai, memainkan peranan penting dengan menjadi pemimpin delegasi Pemerintah China, yang turut berkontribusi menyukseskan acara konferensi. Dari acara itu, Indonesia dan China,